LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA FISKA
PERCOBAAN 7
“PANAS
PELARUTAN”

OLEH :
NAMA : NUR HASMY HARSONO
STAMBUK : F1C1 11 089
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN
PEMBIMBING : EKA SULISTIAWATI
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari
perubahan-perubahan energy yang menyertai suatu proses fisika dan kimia.
Sedangkan termokimia adalah cabang kimia yang berhubungan dengan hubungan timbal
balik panas dengan reaksi kimia atau
dengan perubahan keadaan fisika. Dengan cara ini termokimia berguna untuk
memperkirakan perubahan energy yang terjadi dalam proses reaksi
kimia, perubahan fase dan pembentukan larutan.
Hampir dalam setiap reaksi kimiaa terjadi penyerapan dan
pelepasan energy. Suatu system tersebut dapat mengalami terjadinya perubahan
eksoterm dan emdoterm. Perubahan eksoterm merupakan perubahan yang dapat
mengalirkan kalor dari system ke lingkungan (system melepaskan kalor ke
lingkungan sehingga temperature system meningkat). Sedangkan perubahan emdoterm
adalah perubahan yang mampu mengalirkan kalor dari lingkungan ke system (system
menerima kalor sehingga temperaturnya menurun).
Perubahan enta;pi pelarutan adalah kalor yang menyertai
proses penambahan sejumlah tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada suhu
dan tekanan tetap. Terdapat dua macam entalpi pelarutan yaitu entalpi pelarutan
integral dan entalpi pelarutan differensial. Entalpi pelarutan integral adalah
perubahan entalpi jika satu mol zat terlarut dilarutkan ke dalam n mol pelarut.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menetukan panas
pelarutan?
2. Bagaimana
cara menentukan panas reaksi secara tidak langsung menggunakan hukum hess?
C. Tujuan Percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menentukan panas
pelarutan.
2. Menggunakan hukum hess untuk
menentukan panas reaksi secara tidak langsung.
D. Manfaat Percobaan
Manfaat dari
percobaan ini yaitu :
1. Dapat menentukan panas
pelarutan.
2. Dapat
Menggunakan hukum hess untuk menentukan panas reaksi secara tidak langsung.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kita dapat menggabungkan entalpi stndar reaksi-reaksi
individual untuk memperoleh entalpi reaksi lain. Penerapan Hukum Pertama itu
disebut Hukum Hess. Entalpi reaksi secara
keseluruhan adalah jumlah entalpi reaksi dari reaksi-reaksi individualyang
merupakan bagian dari suatu reaksi”. Tahap-tahap individual tidak perlu direalisasikan dalam praktik-bisa saja hanya
reaksi-reaksi hipotesis, satu-satunya reaksi syarat adalah reaksi-reaksi itu harus
seimbang. Dasar termodinamika hukum ini adalah nilai AHo tidak
bergantung pada jalannya, dan pengertian bahwa kita dapat mereaksikan reaktan
tertentu melalui berbagai reaksi (yang mungkin hipotesis) menghasilkan produk tertentu, dan secara keseluruhan memperoleh perubahan
entalpi yang sama (Atkins,1999).
Secara umum,
kenaikan suhu akan menyebabkan kenaikan atau penurunan laju adsorbs yang
tergantung pada besar relative dari pengaruh kenaikan suhu terhadap konstanta
kecepatan reaksi diffusivitas dan kelarutan gas dalam liquid dimana
factor-faktor tersebut tercakup dalam factor pada kondisi non-isotermal (Radya,
2008).
Kalor reaksi
ditentukan dengan jalan mengukur banyaknya seluruh energi yang diserap oleh
lingkungannya. Kalor yang diserap oleh air adalah hasil kali massa, kalor
jenis, dan kenaikan suhu air. Kerja yang terjadi karena turunnya beban,
mengakibatkan kenaikan energi-dalam dari air atau larutan lain yang digunakan,
dan sebagai hasilnya terdapat peningkatan suhu cairan. Pada percobaan lain yang
terpisah kenaikan suhu yang sama dihasilkan oleh perpindahan energi melalui
kalor jumlah joule kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan suhu
yang yang diberikan ternyata kurang lebih 4,15 kali lebih besar dari jumlah
kalor yang dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan suhu yang sama (Petrucci, 1987).
Perubahan
kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis dalam anlisis
anorganik kualitatif,karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada
tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai
pengaruh yang berarti atas kelarutan.Terlebih penting adalah perubahan
kelarutan dengan suhu.Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah
besar dengan kenaikan suhu ,meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti
kalium sulfat) terjadi hal yang sebaliknya. Laju kenaikan dengan suhu
berbeda-bedadalam beberapa hal sangat kecil sekali dsalam hal-hal lainnya
sangat besar (Vogel,1990).
Harga ΔH
dapat ditunjukkan dengan proses interaksi antara kedua zat memerlukan panas
(endotermik). Hal ini dapat ditunjukkan dengan kenaikan suhu yang akan
meningkatkan kelarutan karena proses pelarutan memerlukan panas (Syukri, 2002).
Laju
perpindahan panas total dapat dihitung berdasarkan koefisien perpidahan panas
individual. Selain perpindahan panas antara fasa, terjadi juga perpindahan
panas secara konveksi (Kurniawan, 2010).
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
A.
Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilaksanakn pada hari Jum’at, tanggal 23 Oktober 2012 di
Laboratorium Kimia.
B.
Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan
ini adalah calorimeter, thermometer 0-100˚C, gelas ukur 100 mL, cawan
porselen, stopwatch, dan hotplate.
Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah CuSO4.5H2O.
C. Prosedur Kerja
1.
Untuk CuSO4.5H2O
Kristal
CuSO4.5H2O
|

-
Ditimbang secara kasar
10 gram’

-
Ditempatkan pada mortal dan pestel, lalu dihancurkan sampai
diperoleh serbuk halus
-
Ditimbang sebanyak 5 gram (yang sudah halus)
-
Dimasukkan kalunmeter tepat 100 ml air
-
Dicatat suhunya
-
Ditambahkan lagi 5 gram CuSO4.5H2O
-
Diaduk
Diamati
suhunya
|

-
Dipanaskan 5 gram
serbuk CuSO4.5H2O ke dalam cawan porselen
-
Diaduk
-
Dimasukkan ke dalam desikator
Hasil
pengamatan
‘
2.
Untuk CuSO4 (anhidrat)
Serbuk
CuSO4 anhidrat
|

-
Ditimbang sebanyak 5 gram
-
Dimasukkan ke dalam calorimeter tepat 10 ml air
-
Dicatat suhunya
-
Ditambahkan 5 gram CuSO4.5H2O
-
Diaduk
-
Dicatat suhunya
Hasil
pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Tabel Data Hasil Pengamatan
No
|
Waktu (menit)
|
Penambahan CuSO4.5H2O(oC)
|
Penambahan CuSO4 anhidrat (oC)
|
1
|
0
|
29
|
30
|
2
|
0,5
|
29
|
30
|
3
|
1
|
30
|
30
|
4
|
1,5
|
30
|
30
|
5
|
2
|
30
|
30
|
6
|
2,5
|
30
|
30
|
7
|
3
|
30
|
30
|
8
|
3,5
|
30
|
29
|
9
|
4
|
![]() |
![]() |
10
|
4,5
|
29
|
33
|
11
|
5
|
28
|
34
|



2.
Perhitungan
Diketahui : Ckal = 104,1656 J/oC

Vair = 40 mL
Cair = 4,81 J/goC
Massa CuSO4.5H2O = 5
gram
Massa CuSO4 anhidrat = 4 gram
Massa Air =
air x Vair

= 1 g/mL x
40 mL
=
40 g
Ditanyakan:
a.
Qreaksi CuSO4.5H2O = .... ?
b.
Qreaksi CuSO4 anhidrat =
....?
c.
Hreaksi =
....?

Penyelesaian:

T2 = 29oC
ΔT1 = 28oC – 29oC
= -1oC

T2 = 30oC
ΔT2 = 34oC – 30oC
= 4oC



- Panas reaksi CuSO4.5H2O
Qreaksi 1 = - [(mair + m CuSO4.5H2O)
x (Cair.
T1) + (K x
T1)]


=
- [(40 g + 5 g) x (4,81 J/goC.(-1oC)) + (104,1656 J/oC x (-1oC)
]
=
- [(45 g) x (-4,81 J/g) + (-104,1656 J)]
=
- [-216,45 J – 104,1656 J ]
=
- (-112,2844J)
=
+ 112,2844 J
- Panas reaksi CuSO4 anhidrat
Qreaksi2 = - [(mair + m CuSO4)
x (Cair.
T2) + (K x
T2)]


=
- [(40 g + 4 g) x (4,81 J/goC.(4oC)) + (104,1656 J/oC
x 4oC) ]
=
- [(44 g x 19,24 J/g) + (416,6624 J)]
=
- [63,24 J + 416,6624J ]
=
- 479,9024 J
- Menentukan entalpi reaksi (
Hreaksi)


=


= - 18380,9 J/mol = -18,3809 kJ/mol
B. Pembahasan
Panas
pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol senyawa
dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis, panas pelarutan suatu
senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak terhingga, tetapi dalam
prakteknya, pelarut yang ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak
lagi timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih banyak pelarut.
Dalam percobaan panas pelarutan ini akan dicari panas
pelarutan dari CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat.
Biasanya panas pelarutan sulit untuk ditentukan tetapi dengan menggunakan hukum
Hess dalam reaksi dapat dihitung secara tidak langsung. Dalam
percobaan ini digunakan pelarut air yang dimana air mempunyai sifat khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai kemampuan
melarutkan berbagai jenis zat. Walaupun air bukan pelarut yang universal
(pelarut yang dapat melarutkan semua zat), tetapi dapat melarutkan banyak macam
senyawa ionik, senyawa organik dan anorganik yang polar dan bahkan dapat
melarutkan senyawa-senyawa yang polaritasnya rendah tetapi berinteraksi khusus
dengan air. Salah satu penyebab mengapa air itu dapat melarutkan zat-zat ionik
adalah karena kemampuannya menstabilkan ion dalam larutan hingga ion-ion itu
dapat terpisah antara satu dengan lainnya. Kemampuan ini disebabkan oleh besarnya
tetapan dielektrik yang dimiliki air. Tetapan dielektrik adalah suatu
tetapan yang menunjukkan kemampuan molekul mempolarisasikan dirinya atau
kemampuan mengatur muatan listrik yang terdapat dalam molekulnya sendiri
sedemikian rupa sehingga dapat mengarah pada menetralkan muatan-muatan listrik
yang terdapat disekitarnya. Dalam hal ini, kekuatan tarik-menarik muatan yang
berlawanan akan sangat diperkecil bila medianya mempunyai tetapan dielektrik
besar.
Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah jumlah
total perubahan entalpi untuk setiap tahapnya atau bisa disimpulkan kalor
reaksi tidak bergantung pada lintasan, tetapi hanya ditentukan keadaan awal dan
akhir. Jadi jika suatu reaksi dapat berlangsung menurut dua tahap atau lebih
maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar kalor tahapan reaksinya.
Oleh karena itu hukum hess juga disebut hukum penjumlahan kalor. Dalam kalor
reaksi dikenal dua reaksi yaitu reaksi eksoterm merupakan reaksi yang
melapaskan kalor dari sistem kelingkungan dan reaksi endoterm dimana reaksi
yang menyerap kalor dari lingkungan kesistem. Dalam praktikum ini yang menjadi
sistem adalah larutan air dengan CuSO4.5H2O atau dengan
CuSO4 anhidrat sedangkan yang menjadi lingkungannya adalah
kalorimeter.
Pengamatan yang pertama adalah pada CuSO4.5H2O
setelah air dalam kalorimeter suhunya telah konstan maka serbuk CuSO4.5H2O
yang telah ditimbang dimasukkan kedalam kalorimeter dan tepat pada saat itu
juga suhunya diukur ternyata suhu air mengalami penurunan setelah serbuk CuSO4.5H2O
dimasukkan.
Suhu air mengalami penurunan setelah serbuk CuSO4.5H2O
dimasukkan karena disini sistem melepaskan kalor kelingkungan sehingga suhunya
turun. Turunnya suhu air dalam kalorimeter dikarenakan karena pada serbuk CuSO4.5H2O
telah mengandung air sehingga pada saat dilarutkan kedalam air terjadi
interaksi antara keduanya yang menyebabkan suhu larutan menjadi turun.
Pengamatan yang kedua yaitu pada CuSO4
anhidrat. Setelah CuSO4.5H2O ditimbang kemudian CuSO4.5H2O
ini dipanaskan. Tujuan dari pemanasan ini adalah agar air hidrat yang terdapat
dalam CuSO4.5H2O ini hilang yang mengahasilkan CuSO4
anhidt. Setelah itu CuSO4 ini dimasukkan kedalam desikator agar
suhunya dingin dan juga menghindarkannya agar tidak terkontaminasi dengan udara
luar. Setelah suhu air dalam desikator konstan maka serbuk CuSO4
anhidrat ini dimasukkan kedalamnya dan pada saat dimasukkan saat itu juga
suhunya diukur ternyata suhu air mengalami kenaikan.
Suhu air mengalami kenaikan setelah serbuk CuSO4
anhidrat dimasukkan karena disini sistem menyerap kalor dari lingkungan
sehingga suhu mengalami kenaikan. Naiknya suhu larutan ini disebabkan karena
pada CuSO4 anhidrat tidak mengandung air seperti pada CuSO4.5H2O
sehingga pada saat CuSO4 anhidrat dimasukkan antara air dan CuSO4
anhidrat mengalami tarik menarik yang mengakibatkan naiknya suhu dari larutan.
Adapun perbedaan anatara CuSO4.5H2O dan CuSO4
anhidrat adalah pada CuSO4.5H2O mengandung air dan pada
CuSO4 anhidrat tidak.
Sesuai dengan hukum Hess bahwa hukum hess juga dikenal
dengan hukum penjumlahan kalor maka setelah diketahui kalor pada reaksi pertama
dan kedua maka anatara kedua kalor tersebut dijumlahkan lalu dibagi dengan
jumlah molnya sehingga diketahui ΔHnya adalah sebesar -18,3809 kJ/mol.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
data pengamatan dan pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu :
1. Panas pelarutan CuSO4.5H2O adalah 112,2844 J dan
panas pelarutan CuSO4 adalah - 479,9024 J
2. Hukum Hess
juga dikenal sebagai hukum penjumlahan kalor sehingga hukum Hess
dapat digunakan untuk menentukan panas reaksi secara tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W, 1999. Kimia
Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Kurniawan, Fitri.,dkk, 2010,
”Perpindahan Panas dan Massa di Dalam Falling Film Evaporator Campuran Black
Liquor- Udara”, Laboratorium Perpindahan
Panas dan Massa, Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya.
Petrucci,
1987. Kimia Dasar Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Radya.,dkk, 2008. ”Analisa Transfer
Massa Disertai Reaksi Kimia pada Absorbsi CO2 dengan Larutan
Potassium Karbonat dalam Packed Column”. Laboratorium
Perpindahan Massa, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri ITS, Vol. 2, No. 2.
Syukri, dkk, 2002, ”Preformulasi
Sediaan Furosemida Mudah Larut”, Jurusan
Farmasi FMIPA Universutas Islam Indonesia, Yogyakarta, Vol. 13, No. 1.